Sabtu, 24 Desember 2011

PANDANGAN IBNU SINA DAN IBNU BAJJAH MENGENAI FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN





Ibnu Sina
Riwayat hidup Ibnu Sina
Nama lengkap ibnu sina adalah abu ‘ali al-husain ibnu ‘abdallah ibn hasan ibnu ‘ali ibn sina. Di barat populer dengan sebutan avicenna akibat terjadinya metamorfose yahudi-spanyol-latin. Dengan lidah spanyol kata ibnu diucapkan aben atau even. Terjadinya perubahan ini berawal dari usaha penerjemah naskah-naskah arab ke dalam bahasa latin pada pertengahan abad ke-12 di spanyol. Ibnu sina dilahirkan di afsyana dekat bukhara pada tahun 980 M dan meninggal dunia pada tahun 1037 M dalam usia 58 tahun. Jasadnya dikebumikan di hamadzan.
Ibnu sina sejak usia muda telah menguasai beberapadisiplin ilmu, seperti matematika, logika, fisika, kedokteran, astronomi, hukum, dan lain-lain. Keberhasilan ibnu sina didukung oleh minat belajarnya yang luar biasa dan kegeniusan otaknya. Menurut Nurcholish Majid, disinilah letak keberuntungan dunia islam. Dari segi politik dunia islam boleh dikatakan porak poranda, akibat para penguasa saling bersaing dan saling mengungguli, namun mereka tetap mendorong, melindungi kegiatan intelektual dan ilmiah.
Ibnu sina secara tidak langsung berguru kepada al-farabi, bahkan dalam otobigrafinya disebutkan tentang utang budinya kepada guru kedua ini. Hal ini terjadi ketika ia kesulitan untuk memahami metafisika aristoteles. Ibnu sina adalah pelanjut dan pengembang filsafat yunani yang sebelumnya telah dirintis al-farabi dn al-kindi.
Karya tulis ibnu sina
Ibnu sina walaupun sibuk bekerja dalam pemerintahan, namun ia adalah seorang penulis yang luar biasa produktif. Sehingga tidak sedikit meninggalkan karya tulis yang sangat besar pengaruhnya kepada generasi sesudahnya, baik di dunia barat maupun dunia timur. Diantara karya tulisnya yang terpenting, yakni sebagai berikut:
a-syifa’, berisikan uraian tentang filsafat yang terdiri 4 bagian: ketuhanan, fisika, matematika, dan logika.
Al-najat, karya tulis yang ditujukan khusus untuk kelompok terpelajar yang ingin mengetahui dasar-dasar ilmu hikmah secara lengkap.
Al-qanun fi al-thibb, berisikan ilmu kedokteran yang terbagi atas 5 kitab dalam berbagai ilmu dan berjenis-jenis penyakit dan lainnya.
Al-isyarat wa al-tanbihat, isinya mengandung uraian tentang logika dan hikmah.
Berhasilnya dari karya ibnu sina karena beberapa faktor:
Pertama, ia pandai mengatur waktu.
Kedua, kecenderungan otak dan kekuatan hafalan.
Sebelum ibnu sina telah hidup al-farabi yang juga mengarang dan mengulas buku-buku filsafat.

Filsafat ibnu sina
Pemikiran filsafatibnu sina bercorak rasional. Hal ini dapat dilihat dari buku dialektika islam, alam pikiran islam karangan M.M.Sharif yaitu: rasional ibnu sina menandaskan, bahwa segala sesuatu di dalam wujud bersandar kepada illat, yakni kemungkinan (possibility). Jika illat itu tidak ada, maka barang/sesuatu itu tidak ada pula.  Bagi ibnu sina, filsafat tidak lain adalah pengetahuan mengenai segala sesuatu(benda) sejauh mana kebenaran obyek itu dapat dijangkau oleh akal manusia.
Ibnu sina melihat filsafat dari dua arah, pertama dari segi teoritisnya dan kedua dari segi praktisnya. Yang teoritis, terbagi atas ilmu-ilmu fisika, matematika, dan metafisika, sedangkan yang praktis yaitu politik dan etika.

Epsitimologi ibnu sina
Analisa jalan tengah
Yang paling erat hubungannya dengan epistimologi dalam filsafat ibnu sina ialah masalah logika. Sengketa mengenai kedudukan filsafat logika ini terjadi antara kaum priphatetic yang menganggap logika itu sebagai alat belaka untuk mencari kebenaran, sebaliknya bagi kaum stoic menganggap logika merupakan bagian dari filsafat. Dilema ini sempat berkepanjangan yang tidak terselesaikan oleh para filsuf barat maupun filsuf islam.
Jalan pemecahan yang dilakukan ibnu sina dengan menggolongkan filsafat ke dalam bidang pengetahuan. Pengetahuan dimaksud ialah mengenai sebab. Kebenaran dapat diperoleh tidak hanya dari unsurnya, tetapi dapat pula melalui keyakinan yang kuat dengan disertai contoh. Tujuan dari pengetahuan ialah mencari hakekat dan fakta. Dari keterangan ini, nampak ibnu sina lebih cenderung meletakkan kedudukan logika sebagai alat filsafat.
Metode
Ibnu sina tidak menghindarkan diri untuk memilih salah satu metoda yang dianggapnya dapat dipraktekkan dalam filsafat. Bila diteliti secara seksama, nampaknya ibnu sina mempergunakan metda deduksi maupun metoda induksi. Mengenai metoda induksi dasar yang digunakan ialah tanda yaitu sebab adanya dan tanda akibatnya. Disamping metoda induksi, menggunakan juga metoda meditasi, yakni metode yang menyelidiki keadaan yang di dalamnya diperoleh hakekat. Contohnya, semua orang adalah putih.
Ketuhanan

Ibnu Bajjah
Pandangan Ibnu Bajjah mengenai filsafat ilmu pengetahuan
Riwayat hidup ibnu bajjah
Ibnu bajjah adalahfilosof muslim yang pertama dan utama dalam sejarah kefilsafatan di andalus. Nama lengkapnya adalah abu bakar muhammad ibnu yahya ibnu al-sha’igh, yang terkenal dengan nama ibnu bajjah. Ia dilahirkan di saragossa (spanyol) pada akhir abad ke 5 H/abad ke 11 M. Menurut beberapa literatur, ibnu bajjah bukan hanya sebagai seorang filosof, tetapi juga seorang saintis yang menguasai beberapa disiplin ilmu pengetahuan, seperti kedokteran, astronomi, fisika, musikus, dan matematika.
Karya tulis ibnu bajjah yang terpenting dalam filsafat adalah sebagai berikut:
Kitab tadbir al-mutawahhid. Risalat al-wada’. Risalat al-ittishal. Kitab al-nafs.
Epistimologi ibnu bajjah
Perbedaan manusia dengan hewan
Menurut ibnu bajjah, perbedaan yang mendasar antara manusia dengan hewan terletak pada akal yang dimiliki oleh manusia. Dengan sifat akal ini manusia dapat menjadikan dirinya sebagai makhluk yang melebihi hewan, sebab dari akal manusia dapat memperoleh pengetahuan. Manusia menurut ibnu bajjah bersifat monodualistis, artinya memiliki raga dan jiwa. Beliau menyatakan tubuh kasar (raga) tidak dapat hidup tanpa jiwa, tetapi jiwa dapat hidup tanpa raga. Justru karena itu jiwa bersifat abadi. Jiwa disamakan dengan roh yang merupakan bagian dari nyawa.
Kebenaran
Ibnu bajjah merupakan pelopor pembaharuan di kalangan filsuf skolastik islam. Menurut ibnu bajjah, untuk memperoleh kebenaran, manusia harus melalui kebenaran itu sendiri. Untuk samapai ke tingkat itu, alatnya ialah filsafat murni. Dengan filsafat murni manusia dapat membersihkan dirinya dari pengaruh-pengaruh luar. Hal ini dapat dilakukan dengan mengasingkan dirinya. Bagi manusia, kebenaran dapat dicapai dengan pikirannya sendiri (mandiri), setelah lepas dari sifat-sifat hewani. Tingkat ini disebut dengan istilah mutawahhid berarti penyendirian (uzlah). Penyendirian disini tidak berarti orang harus mengasingkan dirinya ibarat pertapa. Penyendirian dalam arti ketenangan, diwaktu orangmencari kebenaran diperlukan ketenangan. Ketenangan dapat diperoleh apabila orang mengasingkan diri dari keramaian.
Metode
Ibnu bajjah menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dengan menggunakan metode eksperimen (percobaan). Percobaan dilakukan lewat perasaan (indera). Tetapi di lain pihak ibnu bajjah menyatakan pengamatan inderawi semata-mata belum cukup untuk mendapat kebenaran dan masih harus ditingkatkan lebih lanjut ke tingkat pengamatan akal (rasio). Mengenai tuhan sendiri dapat diketahui manusia melalui filsafat: “manusia dengan berfikir sendiri (berfilsafat) akan dapat memahami (makrifat0 tentang akal yang tertinggi yaitu tuhan yang maha esa.
Kalau disimpulkan, pemikiran ibnu bajjah merupakan perpaduan antara perasaan dan akal. Dalam masalah pengetahuan fakta, dia mempergunakan metode rasional-empiris. Mengenai pendirian ibnu bajjah, akal sebagai daya berfikir adalah sumber dari semua pekerjaan manusia.

0 komentar:

Posting Komentar