Jumat, 25 Mei 2012

Berpidato yang Baik


Ayo Bicara
2.1. DEFINISI PIDATO
Pidato adalah penyampaian gagasan, pikiran atau informasi serta tujuan dari pembicara kepada orang lain (audience) dengan cara lisan. Pidato juga bisa diartikan sebagai “the art of persuasion”, yaitu sebagai seni membujuk atau mempengaruhi. Berpidato ada hubungannya dengan retorika(rhetorica), yaitu seni menggunakan bahasa dengan efektif. 

Berpidato bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana karena dalam berpidato menyangkut beberapa unsur penting seperti: pembicara, pendengar, tujuan dan isi pidato, persiapan, terknik dan etika dalam berpidato.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.

2.2. PERSIAPAN DALAM BERPIDATO[1]
2.2.1.Persiapan sebelum berpidato
a)    Menentukan Tujuan Pidato
b)   Memilih Pokok Persoalan
c)    Mengetahui dan Menganalisa audience dan suasananya
d)   Mengumpulkan materi pidato
e)    Menyusun Kerangka Materi Pidato
f)    Melakukan Latihan Pidato
g)   Menghilangkan Perasaan “Demam” Panggung yaitu dengan cara: memfokuskan pikiran pada diri sendiri, percaya diri.
h)   Memperdalam materi dengan baik
i)     Mempersiapkan konsep pidato beberapa hari sebelumnya
j)     Membaca berulang-ulang materi pidato
k)   Mempersiapkan diri beberapa jam sebelum tampil.
2.2.2. Persiapan Saat Berpidato
a)    Pembukaan, pembukaan pidato merupakan bagian penting dan memainkan peranan bagi pembicara, karena bagian ini dapat memeberikan kesan pertama bagi para audience.. Ada beberapa cara yang dapat digunakan seorang pembicara untuk membuka pidatonya yakni dengan memperkenalkan diri, membuka pidato dengan humor, pantun atau membuka pidato dengan pendahuluan secara umum.
b)   Inti Pidato, setelah selesai melakukan pembukaan dengan salah satu cara di atas, maka langsung dilanjutkan dengan menyajikan pokok permasalahannya.
c)    Penutup Pidato bisa dilakukan dengan: Membuat rangkuman atau simpulan, menyatakan kembali prinsip-prinsip yang terkandung dalam pidato, menceritakan cerita singkat yang menarik, mengutip kata-kata mutiara, ungkapan, atau beberapa bait pantun, mengajak atau menghimbau dan mengemukakan sebuah pujian buat para pendengar

2.2.3. Etika Dalam Berpidato
a)    Mengenakan pakaian yang sesuai dengan suasana pertemuan, rapi, bersih dan sopan
b)   Tampil dengan bersahaja, sopan dan rendah hati
c)    Menyisipkan beberapa humor segar dalam pidato
d)   Gunakan kata-kata yang sopan, halus, dan sederhana
e)    Menghilangkan rasa rendah diri
f)    Jangan tampil seolah-olah menggurui, sikap lebih tahu dan lain-lain
g)   Jangan terlalu memberikan penghormatan yang berlebihan pada audience.
h)   Jangan mengeluarkan kata-kata yang bisa menyinggung seseorang atau kelompok
i)     Sebagai kata penutup jangan lupa mengucapkan maaf bila terdapat tutur kata yang kurang berkenan dan lain-lain.

2.3.         HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERPIDATO[2]
Tidak semua orang memahami cara berpidato yang baik, yang biasa menyampaikan materi pidato dengan tepat sasaran tanpa harus mengalami demam panggung. Sebelum berpidato ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yakni sebagai berikut:
2.3.1. Menentukan Tujuan Pidato
Tujuan dalam berpidato harulah jelas, untuk apa kamu berpidato, apakah memberitahu, menghibur atau membujuk. Selain itu juga harus merumuskan dengan jelas tujuan khususnya, yaitu tanggapan apa yang diharapkan setelah pidato itu selesai.

2.3.2. Memilih dan Menyampaikan Pokok Persoalan
 Terkadang pokok persoalan sudah ditentukan oleh panitia sebelumnya, terkadang pun sang pembicara juga diberikan kebebasan untuk memilih pokok persoalan dalam berpidato. Tapi walaupun persoalan itu sudah ditentukan atau belum, pembicara wajib menyempitkan pokok persoalan ini, untuk disesuikan dengan kesanggupannya atau kemampuannya, minatnya dan waktu yang disediakan untuk berpidato.

2.3.3. Menganalisis Pendengar dan Suasana
Pembicara harus berusaha mengetahui siapa yang akan menjadi pendengarnya. Jumlah mereka banyak atau sedikit, mereka umumnya tergolong terpelajar atau tidak, bagaimana suasana dalam pidato nanti, apakah hadirin duduk atau berdiri, pagi atau siang, di salam ruangan atau di tanah lapang, dan sebagainya. Semua itu harus diperhatikan agar pidatonya bisa berhasil

2.3.4. Mengumpulkan Bahan
Pembicara dapat mengumpulkan bahan yang sesuai dengan pokok masalah yang akan disampaikan melalui banyak cara, diantaranya adalah: Membaca buku, majalah, Koran dan sumber sumber pengetahuan lain yang sesuai dengan pokok masalah yang akan di sampaikan.

2.3.5. Membuat Kerangka
Berdasarkan bahan bahan yang berhasil dikumpulkan itu lalu disusun pokok-pokok yang akan dibicarakan menurut urutan yang baik. Di bawah pokok-pokok utama tadi diadakan perincian lebih jauh, dengan itu pengertian bahwa bagian-bagian yang terperinci itu harus memperjelas pokok-pokok utama tadi.



2.3.6. Menguraikan Secara Mendetail
Setelah kerangka selesai disusun, maka pembicara bebas memilih, yaitu berbicara bebas dengan sekali-kali melihat kerangka (metode ekstemporan), atau menggarap pidato secara lengkap kata demi kata, kemudian dibacakan atau dihafalkan (metode naskah atau metode menghafal). Jadi, cara menguraikan kerangka pidato itu tergantung pada metode apa yang dipilih.

2.4.         MENGATASI GROGI PADA SAAT BERPIDATO[3]
Sebuah pertanyaan bagaimana mengatasi grogi (demam pangung) pada saat bicara di depan umum (publik)? Meski kita sudah mempersiapkannya sebaik mungkin tetap saja grogi. Masalah grogi adalah masalah yang dialami oleh siapa saja, jangankan bagi yang belum pernah pengalaman, seorang yang sudah pengalaman pun kadang- kadang masih dihinggapi rasa kurang pede dan grogi. Jadi keterampilan ini adalah keterampilan proses, sebuah keterampilan yang tidak datang seketika. Artinya, bila ingin mengusainya diperlukan banyak berlatih. Untuk mengupas cara mengatasinya grogi, ada dua macam pendekatan yang dapat digunakan, sebagai berikut:
2.4.1.  Pendekatan Neurologis
Pendekatan neurologis yakni bagaimana pikiran kita mencerna "keberadaan publik" (audience), secara neurologis (syaraf otak) seseorang bisa menjadi grogi. Seseorang menjadi grogi atau bahkan sebaliknya menjadi senang bila di depan publik itu sangat tergantung bagaimana syaraf otak merespon atau menanggapi sesuatu yang berada di luar, yaitu dalam hal ini audience (publik). Perilaku (grogi, takut, senang dan lain-lain) merupakan hasil dari respon pikiran kita. Kalau kita merespon/menanggapi sesuatu di luar adalah sesuatu yang menakutkan, maka pikiran (syaraf) segera mengolahnya menjadi sebuah ketakutan. Sebaliknya, kalau kita meresponnya sesuatu yang menyenangkan, maka semua sel-sel dan jutaan syaraf segera mengolahnya menjadi hal yang menyenangkan. Alasan-alasan yang ditemukan oleh pikiran negatif berupa:
a)    Audience terlalu banyak dan banyak orang yang sudah pintar bicara
b)   Audience akan meneriaki "huuuuuuu..?" bila saya salah
c)    Audience akan mempergunjingkan saya bila saya salah
d)   Saya akan malu bila apa yang saya sampaikan tidak menarik
e)    Saya akan malu bila saya salah dalam bicara nanti
Masih banyak alasan negatif yang mengantarkan Anda menjadi semakin tidak percaya diri atau grogi. Hasilnya, keringat dingin keluar, gemetar, bicara tidak lancar dan salah-salah terus selama bicara. Pada saat seperti itu, pikiran sibuk memikirkan audience yang "menakutkan" ketimbang memimikirkan materi yang sedang di sampaikan.
Akan menjadi berbeda hasilnya bila Anda meresponnya secara positif. Pikran Anda akan segera mencarikan sejumlah alasan positif yang menguatkanAnda tampil lebih percaya diri, misalnya sebagai berikut:
a)    Sekelompok manusia yang sedang memberikan kesempatan baik pada Anda untuk bicara;
b)   Mereka tidak akan menghukum bila Anda keliru
c)    Keliru dalam berlatih bicara adalah hal yang wajar yang dialami oleh setiap orang
d)   Mereka juga belum tentu memiliki keberanian untuk bicara
e)    Kalau pun ia diberi kesempatan bicara ia pasti melakukan kesalahan seperti Anda
f)    Ini adalah kesempatan terbaik untuk berlatih bicara. Dengan kata lain, audiene bukan menjadi beban pikiran selama Anda bicara.

2.4.2.  Pendekatan Praktis
Pendekatan praktis yakni bagaimana kiat-kiat praktis menghadapi grogi. Cara-cara berikut ini adalah cara praktis bagaimana mengatasi grogi.
a)    Tingkatkan rasa percaya diri (pede). Kalau kita pede, keberanian meningkat, tetapi kalau belum apa-apa sudah takut dulu, rasa pede mengecil. Akibatnya sudah grogi dulu sebelum bicara. Untuk bisa meningkatkan rasa pede, coba sebelum Anda bicara, Anda membayangkan seorang tokoh pintar bicara yang menjadi idola Anda. Setelah membayangkan secara jelas, anggap saja dia merasuk dalam jiwa Anda yang membantu Anda pada saat bicara. Anggap saja dia yang bicara, tapi bukan Anda.
b)   Berani bicara kapan dan dimana saja bila ada kesempatan tampil didepan umum. Jangan takut salah dan takut ditertawakan, bicara dan bicaralah. Kalau Anda tidak pernah mencobanya, maka tidak pernah punya pengalaman. Jangan berpikir, benar-salah, bagus-tidak, mutu-tidak, selama bicara. Pokoknya, Anda sedang uji nyali, berani atau tidak. Ketika Anda berani mencobanya, berarti nyali Anda hebat. Semakin sering Anda lakukan, semakin kuat nyalinya dan tidak takut lagi. Pokoknya Anda harus berani malu.
c)    Mulailah dari kelompok kecil. Berlatihlah bicara pada kelompok-kelompok kecil dulu seperti karang taruna, organisasi, kelompok belajar, pertemuan RT/RW. Bicaralah sebisanya dan jangan buang kesempatan.
d)   Tulis dulu sebagai persiapan. Sebelum bicara, alangkah baiknya ditulis dulu topik dan urutan penyampaiannya. Sebab, tanpa ditulis dulu, biasanya lupa saat bicara dan menjadikan materinya tidak runtut.
e)    Akan lebih baik kalau memiliki kebiasaan menulis. Menulis apa saja,cerita, artikel, surat atau catatan harian. Catatan harian akan sangatmembantu. Kenapa menulis? Karena dengan menulis adalah cara efektif untukmembuat sebuah "bangunan logika", sebuah bangunan yang masuk akal. Bila Anda terbiasa menuliskan topik-topik yang masuk akal, maka akan membantu pada saat bicara. Tinggal memanggil ulang saja.
f)    Perbanyak membaca. Orang bicara atau menulis, tidak lepas dari kegiatan membaca. Dengan banyak membaca menjadi banyak pengetetahuan yang dapat dijadikan acuan pada saat bicara atau menulis. Kebuntuan dalam bicara terjadi karena tidak saja grogi tetepi juga karena terbatasnya acuan(informasi) yang dimilikinya.
g)   Janganlah menjadi pendiam saat ada diskusi atau debat. Bicaralah, jangan pikirkan Anda menang atau kalah dalam berdebat, tetapi jadikannlah media debat menjadi media pembelajaran dalam mengasah keterampilan bicara. Juga, biasakanlah berdsiskusi, jangan hanya menjadi pendengar yang baik (diam saja) tapi Anda harus menjadi pembicara yang baik.
h)   Rajin mengevaluasi diri sehabis bicara. Karena berbicara merupakan keterampilan proses, maka sebaiknya rajin mengevaluasi diri setiap saat sehabis bicara.
i)     Komitmen untuk terus berlatih. Tiada sukses tanpa latihan terus menerus. Tiada juara tanpa banyak latihan. Tiada bicara tanpa grogi bila hanya tampil (berlatih) satu atau dua kali saja. Bicaralah saat ada kesempatan bicara, karena keterampilan berbicara hanya dapat diperoleh dengan "berbicara" bukan dengan cara "belajar tentang". Satu ons praktik bicara lebih baik dari pada satu ton teori berbicara.

0 komentar:

Posting Komentar