Minggu, 06 November 2011

Ber'Komunikasi Dakwah ˘_~





A.     Pengertian Komunikasi Dakwah

Proses penyampaian pesan dakwah berkaitan erat dengan proses komunikasi. Dalam penyampaian pesan dakwah secara lisan atau langsuang, juru dakwah akan berhadapan dengan kelompok audiens, Baik penyampaian dakwah secara langsung atau tidak langsuang, jelas mempunyai perhubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan proses komunikasi mengingat komunikasi mempunyai sifat baik secara langsung atau tidak langsunag.
Secara bahasa kata “dakwah” (da’a, yad’u, da’watan) yang berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti seruan, ajakan, panggilan. Sama halnya dengan para ahli dibidang ilmu dakwah. Dilihat dari bahasa kata dakwah atau tabligh mengandung arti proses penyampaian pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.
Berdasarkan istilah pengertian dakwah ada beraneka ragam yang mengartikannya, salah satunya, menurut Syekh Ali Mahfuz;

الدَّعْوَة  :  حَثُّ  النَّاسِ عَلَى الْخَيْرِ وَالْهُدَى وَالأمْرُ بِالْمَعْرُوْفِ و النَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَر لِيَفُوْزُوْا  بِسَعَادَة  العَاجِلِ  وَاْلآجِل  

Mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan yang jelek, agar mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat”.[1]

Jalaluddin Rakhmat juga sepakat bahwa juru dakwah atau orang yang menyampaikan (tabligh) pesan dakwah disebut dalam ilmu komunikasi sebagai komunikator atau orang yang menyampaikan pesan kepada pihak komunikan. Akan tetapi beliau tidak pernah mengaitkan kata komunikasi dan dakwah secara beriringan. Komunikasi oleh jalal digolongkan sebagai keilmuan yang bersifat lebih umum, sedangkan istilah dakwah hanya beberapa kali jalal sampaikan dalam tulisannya. Meski Jalaludin Rakhmat tidak pernah mengaitkan kata dakwah dengan kata komunikasi tetapi dalam menampilkan pengertian serta tujuan yang hendak di capai dalam karya-karya Jalaluddin Rakhmat selalu menampilkan kesamaan.[2]
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)
Dengan begitu komunikasi memiliki kecenderungan menyampaikan pesan-pesan yang sifatnya lebih umum, baik tentang informasi yang sifatnya ilmiah ataupun yang lainnya. Komunikasi sendiri memiliki banyak keterkaitan dengan keilmuan-keilmuan umum seperti psikologi, serta ilmu-ilmu social lainnya. Kecenderungan umum keilmuan komunikasi pada dasarnya dilatarbelakangi oleh sifat komunikasi yang bisa masuk dalam setiap keilmuan serta kebutuhan keilmuan-keilmuan lain tersebut dengan pengetahuan komunikasi.
Komunikasi dakwah adalah komunikasi berisi pesan-pesan dakwah atau nilai-ajaran Islam. Pengertian komunikasi dakwah terkandung secara tersurat dalam Qur’an Surat An-Nahl:125,

 serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.[3]

 “Jika dianalogikan dengan pengertian Komunikasi Politik, yakni komunikasi yang berisikan pesan politik atau pembicaraan tentang politik” (Dan Nimmo, 1989), maka komunikasi dakwah dapat diartikan sebagai ”komunikasi yang berisikan pesan Islam atau pembicaraan tentang keislaman”.
Kami mendefinisikan komunikasi dakwah sebagai ”proses penyampaian dan informasi Islam untuk mempengaruhi agar mengimani, mengilmui, mengamalkan, menyebarkan, dan membela kebenaran ajaran Islam”.
Dalam Komunikasi dakwah bukan saja harus baik dalam hal isi (konten) atau pesan (the message, what), melainkan juga harus baik dalam hal cara (the way, how) yang baik, amar ma’ruf nahyi munkar, dan bersumberkan Quran & Hadits.

B.    Tujuan Komunikasi Dakwah

Tujuan utama komunikasi dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah. [4]Tujuan utama dakwah sebagaimana telah dirumuskan ketika memberikan pengertian tentang dakwah diatas adalah “terwujudnya kebahagiaan didunia dan akhirat yang diridhoi Allah”.
Tujuan dakwah ataupun tujuan komunikasi memiliki kesamaan, komunikasi dan dakwah memiliki tujuan untuk merubah prilaku orang yang diajak berkomunikasi atau orang yang sedang menerima dakwah agar mengikuti seruan atau ajakan yang disampaikan. Maka dari itu tujuan kegiatan komunikasi mempunya kesamaan dengan semua unsur dan kegiatan dalam hal dakwah.
Baik tujuan dari komunikasi ataupun tujuan dari dakwah adalah proses dimana seseorang menghendaki adanya perubahan sikap dan tingkah laku orang atau objek komunikasi atau dakwah sesuai dengan harapan si pelaku. Dengan demikian tujuan komunikasi dan dakwah hanya dibedakan pada sudut pandang keilmuan umum dan agama saja.
Tujuan yang hendak dicapai dari komunikasi dakwah itu sendiri memiliki tiga dimensi, yakni sebagai berikut;[5]
1)     Tujuan awal dimana tujuan dari proses komunikasi dakwah itu adalah terjadinya perubahan pemikiran, sikap dan prilaku dari komunikan (mad’u).
2)     Kedua, tujuan sementara dimana tujuan ini hanya dipokoskan pada perubahan kehidupan selama di dunia saja.
3)     Adapun yang hendak dicapai dari tujuan komunikasi dakwah itu sendiri mencakup dua tujuan diatas yakni kepada tujuan akhir dimana adanya kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Atas dasar ini, maka tujuan komunikasi dakwah pada hakekatnya adalah juga tujuan hidup manusia. Sesuai dengan ajaran Al-Qur’an senantiasa mengiginkan kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat, Qur’an Surat Al-Baqarah: 201

 dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka".[6]

C.    Komunikasi Dakwah yang Berhasil

Sebagai peristiwa komunikasi, dakwah dipandang berhasil jika memiliki ciri-ciri dibawah ini, yakni;[7]
1)     Jika dakwah dapat memberikan pengertian kepada masyarakat (mad’u) tentang apa yang didakwahkan atau pesan dakwahnya dimengerti oleh masyarakat
2)     Jika dakwahnya menimbulkan kesenangan atau menghibur masyarakat
3)     Jika hubungan antara muballigh dengan masyarakat mad,unya semakin membaik
4)     Jika dakwahnya bisa mengubah sikap negatif menjadi positif terhadap nilai-nilai yang didakwahkan
5)     Jika dakwahnya berhasil menumbuhkan respon tindakan pada mad'u
BAB III
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Komunikasi dakwah adalah komunikasi berisi pesan-pesan dakwah atau nilai-ajaran Islam. Dakwah tersebut bisa dengan mengajak, menyeru, memotivasi, ataupun  mendorong seseorang agar mengikuti ajakan ( Amar ma’ruf nahi munkar ) dari penyampai pesan dakwah tersebut ( Da’I ), sehingga mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
Komunikasi dan dakwah memiliki tujuan untuk merubah prilaku orang yang diajak berkomunikasi atau orang yang sedang menerima dakwah agar mengikuti seruan atau ajakan yang disampaikan. Sesuai dengan pengertian komununikasi dakwah diatas yaitu agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat serta mampu menerapkan amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sehari – hari yang merupakan tujuan Komunikasi dakwah, sehingga kedepannya dalam berkomunikasi selalu mengeluarkan pesan – pesan yang bernilai islami ataupun kebaikan.
Agar komunikasi dakwah dapat berhasil yaitu lakukan dengan Hikmah, Mauizatil Hasanah ( Pelajaran yang baik ) dan Wajadilhum billati hiya Ahsan ( Memberikan argument ), bersdasarkan surah An-Nahl : 125.



  1. DAFTAR PUSTAKA

Shaleh, ABD. Rosyad. 1977. Manajemen Dakwah Islam.  Jakarta; Bulan Bintang
Zaidallah, Alwisral Imam.2001. Strategi Dakwah. Bukit tinggi; Kalam Mulia


[1]  Syekh Ali Mahfuz, Hidayah Mursyidin Ila Thuruqil Na’zhi, Terjemahan Chadidjah Nasution, (1970, Beirut; Daruf Ma’rif), hlm 17
[3]  Departemen Agama R.I, Al-Qur’an dan terjemahnya, (1975, penerbit P.T Bumi Restu), hlm 353
[4] Drs. ABD. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (1977, Jakarta; Bulan Bintang), hlm 21
[5] Drs. ABD. Rosyad Shaleh, Ibid; hlm 22
[6] Departemen Agama R.I, Op Cit; hlm 90
[7] Drs. Alwisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah, (2001, Bukit tinggi; Kalam Mulia), hlm 76

0 komentar:

Posting Komentar