A.
Pengertian Komunikasi
Dakwah
Proses
penyampaian pesan dakwah berkaitan erat dengan proses komunikasi. Dalam
penyampaian pesan dakwah secara lisan atau langsuang, juru dakwah akan
berhadapan dengan kelompok audiens, Baik penyampaian dakwah secara langsung
atau tidak langsuang, jelas mempunyai perhubungan yang tidak dapat dipisahkan
dengan proses komunikasi mengingat komunikasi mempunyai sifat baik secara
langsung atau tidak langsunag.
Secara
bahasa kata “dakwah” (da’a, yad’u, da’watan) yang berasal dari bahasa arab yang
mempunyai arti seruan, ajakan, panggilan. Sama halnya dengan para ahli dibidang
ilmu dakwah. Dilihat dari bahasa kata dakwah atau tabligh mengandung arti
proses penyampaian pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan
tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.
Berdasarkan
istilah pengertian dakwah ada beraneka ragam yang mengartikannya, salah
satunya, menurut Syekh Ali Mahfuz;
الدَّعْوَة :
حَثُّ النَّاسِ عَلَى الْخَيْرِ
وَالْهُدَى وَالأمْرُ بِالْمَعْرُوْفِ و النَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَر
لِيَفُوْزُوْا بِسَعَادَة العَاجِلِ
وَاْلآجِل
“Mengajak manusia untuk
mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan
melarang mereka dari perbuatan yang jelek, agar mereka mendapatkan kebahagiaan
di dunia dan di akhirat”.[1]
Jalaluddin
Rakhmat juga sepakat bahwa juru dakwah atau orang yang
menyampaikan (tabligh) pesan dakwah disebut dalam ilmu komunikasi sebagai
komunikator atau orang yang menyampaikan pesan kepada pihak komunikan. Akan
tetapi beliau tidak pernah mengaitkan kata komunikasi dan dakwah secara
beriringan. Komunikasi oleh jalal digolongkan sebagai keilmuan yang bersifat
lebih umum, sedangkan istilah dakwah hanya beberapa kali jalal sampaikan dalam
tulisannya. Meski Jalaludin Rakhmat tidak pernah mengaitkan kata dakwah dengan
kata komunikasi tetapi dalam menampilkan pengertian serta tujuan yang hendak di
capai dalam karya-karya Jalaluddin Rakhmat selalu menampilkan kesamaan.[2]
Komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan
(langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)
Dengan
begitu komunikasi memiliki kecenderungan menyampaikan pesan-pesan yang sifatnya
lebih umum, baik tentang informasi yang sifatnya ilmiah ataupun yang lainnya. Komunikasi
sendiri memiliki banyak keterkaitan dengan keilmuan-keilmuan umum seperti
psikologi, serta ilmu-ilmu social lainnya. Kecenderungan umum keilmuan komunikasi
pada dasarnya dilatarbelakangi oleh sifat komunikasi yang bisa masuk dalam
setiap keilmuan serta kebutuhan keilmuan-keilmuan lain tersebut dengan
pengetahuan komunikasi.
Komunikasi
dakwah adalah komunikasi berisi pesan-pesan dakwah atau nilai-ajaran Islam.
Pengertian komunikasi dakwah terkandung secara tersurat dalam Qur’an Surat
An-Nahl:125,
“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”.[3]
“Jika dianalogikan dengan pengertian
Komunikasi Politik, yakni komunikasi yang berisikan pesan politik atau
pembicaraan tentang politik” (Dan Nimmo, 1989), maka komunikasi dakwah dapat
diartikan sebagai ”komunikasi yang berisikan pesan Islam atau pembicaraan
tentang keislaman”.
Kami
mendefinisikan komunikasi dakwah sebagai ”proses penyampaian dan informasi
Islam untuk mempengaruhi agar mengimani, mengilmui, mengamalkan, menyebarkan,
dan membela kebenaran ajaran Islam”.
Dalam
Komunikasi dakwah bukan saja harus baik dalam hal isi (konten) atau pesan (the
message, what), melainkan juga harus baik dalam hal cara (the way, how) yang
baik, amar ma’ruf nahyi munkar, dan bersumberkan Quran & Hadits.
B.
Tujuan
Komunikasi Dakwah
Tujuan
utama komunikasi dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau
diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah. [4]Tujuan
utama dakwah sebagaimana telah dirumuskan ketika memberikan pengertian tentang
dakwah diatas adalah “terwujudnya kebahagiaan didunia dan akhirat yang diridhoi
Allah”.
Tujuan
dakwah ataupun tujuan komunikasi memiliki kesamaan, komunikasi dan dakwah
memiliki tujuan untuk merubah prilaku orang yang diajak berkomunikasi atau
orang yang sedang menerima dakwah agar mengikuti seruan atau ajakan yang
disampaikan. Maka dari itu tujuan kegiatan komunikasi mempunya kesamaan dengan
semua unsur dan kegiatan dalam hal dakwah.
Baik
tujuan dari komunikasi ataupun tujuan dari dakwah adalah proses dimana
seseorang menghendaki adanya perubahan sikap dan tingkah laku orang atau objek
komunikasi atau dakwah sesuai dengan harapan si pelaku. Dengan demikian tujuan
komunikasi dan dakwah hanya dibedakan pada sudut pandang keilmuan umum dan
agama saja.
Tujuan
yang hendak dicapai dari komunikasi dakwah itu sendiri memiliki tiga dimensi,
yakni sebagai berikut;[5]
1)
Tujuan awal dimana
tujuan dari proses komunikasi dakwah itu adalah terjadinya perubahan pemikiran,
sikap dan prilaku dari komunikan (mad’u).
2)
Kedua, tujuan
sementara dimana tujuan ini hanya dipokoskan pada perubahan kehidupan selama di
dunia saja.
3)
Adapun yang hendak
dicapai dari tujuan komunikasi dakwah itu sendiri mencakup dua tujuan diatas
yakni kepada tujuan akhir dimana adanya kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Atas
dasar ini, maka tujuan komunikasi dakwah pada hakekatnya adalah juga tujuan
hidup manusia. Sesuai dengan ajaran Al-Qur’an senantiasa mengiginkan
kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat, Qur’an Surat Al-Baqarah:
201
“dan di antara mereka ada orang yang
bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka".[6]
C. Komunikasi Dakwah yang Berhasil
Sebagai
peristiwa komunikasi, dakwah dipandang berhasil jika memiliki ciri-ciri dibawah
ini, yakni;[7]
1)
Jika dakwah dapat
memberikan pengertian kepada masyarakat (mad’u) tentang apa yang didakwahkan
atau pesan dakwahnya dimengerti oleh masyarakat
2)
Jika dakwahnya
menimbulkan kesenangan atau menghibur masyarakat
3)
Jika hubungan antara
muballigh dengan masyarakat mad,unya semakin membaik
4)
Jika dakwahnya bisa
mengubah sikap negatif menjadi positif terhadap nilai-nilai yang didakwahkan
5)
Jika dakwahnya
berhasil menumbuhkan respon tindakan pada mad'u
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Komunikasi
dakwah adalah komunikasi berisi pesan-pesan dakwah atau nilai-ajaran Islam. Dakwah tersebut bisa dengan mengajak, menyeru,
memotivasi, ataupun mendorong seseorang
agar mengikuti ajakan ( Amar ma’ruf nahi munkar ) dari penyampai pesan dakwah
tersebut ( Da’I ), sehingga mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
Komunikasi dan dakwah memiliki tujuan
untuk merubah prilaku orang yang diajak berkomunikasi atau orang yang sedang
menerima dakwah agar mengikuti seruan atau ajakan yang disampaikan. Sesuai dengan pengertian
komununikasi dakwah diatas yaitu agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat
serta mampu menerapkan amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sehari – hari
yang merupakan tujuan Komunikasi dakwah, sehingga kedepannya dalam
berkomunikasi selalu mengeluarkan pesan – pesan yang bernilai islami ataupun
kebaikan.
Agar komunikasi dakwah dapat berhasil yaitu lakukan
dengan Hikmah, Mauizatil Hasanah ( Pelajaran yang baik ) dan Wajadilhum billati
hiya Ahsan ( Memberikan argument ), bersdasarkan surah An-Nahl : 125.
- DAFTAR PUSTAKA
Shaleh,
ABD. Rosyad. 1977. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta; Bulan Bintang
Zaidallah,
Alwisral Imam.2001. Strategi Dakwah. Bukit tinggi; Kalam Mulia
http://gudangilmu.com/2009/08/komunikasi-dakwah-jalaluddinrakhmat_8420.html, Oleh Tajudin Nur. diakses pada 9 Oktober
2011
[1] Syekh Ali Mahfuz, Hidayah Mursyidin Ila
Thuruqil Na’zhi, Terjemahan Chadidjah Nasution, (1970, Beirut; Daruf
Ma’rif), hlm 17
[3] Departemen Agama R.I, Al-Qur’an dan
terjemahnya, (1975, penerbit P.T Bumi Restu), hlm 353
[4]
Drs. ABD. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (1977, Jakarta; Bulan
Bintang), hlm 21
[5]
Drs. ABD. Rosyad Shaleh, Ibid; hlm 22
[6]
Departemen Agama R.I, Op Cit; hlm 90
[7]
Drs. Alwisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah, (2001, Bukit tinggi;
Kalam Mulia), hlm 76
0 komentar:
Posting Komentar