Senin, 30 Januari 2012

Tersenyumlah Teman Ku!!


Kala mentari sudah mulai menampakan dirinya, pancaran sinarnya pun mulai terasa hangat. Tubuhku sudah siap untuk menyambut pagi ini, meski bahan makalah masih terbengkalai, laporan karya ilmiah masih terbengkalai, tugas-tugas sekolah pun masih terbengkalai dan sekarang muncul pula masalah yang memusingkan kepala. Meski pikiranku ini tak karuan, aku paksakan kaki ini untuk terus melangkah ke tempat tujuan.

Cerpen Sahabat, Cerpen tentang Sahabat, Cerpen Sahabat Terbaru 2011Dia datang dengan wajah cemberut, yang duh .... aku tak suka, wajah itu mengingatkan aku pada musuh-musuh teroris yang seakan-akan ingin memangsa negeri ini sampai tak berdaya. Gayanya, senyum sinisnya, bicaranya, diamnya dan aku muak pada semua yang berhubungan dengannya. Iya ... aku tau, dia Temanku. Teman yang selama ini ada disampingku, berjuang mengkritikku, membuka wawasanku, dan hidup di tempat yang sama (rumah or bangku kuliah or organisasi=rahasia dong). Tapi sedihnya kebersamaan yang indah itu harus terenggut begitu saja, kami mengalami perang dingin semenjak kebersamaan itu terekat semakin indah. Awalnya tidak ada yang salah, kami tetap seperti dulu, ngobrol, berdebate, akrab dan selalu bersama. Tapi seketika bencana datang menghadang, ombak yang besar menghancurkan sendi-sendi pertemanan kami, dan yang ada kini hanya tinggal puing-puing tak berarti.
Aku sedih .. !!

Iya ,, aku sangat sedih. Dalam waktu sekejap pertemanan yang indah itu hancur berkeping-keping. Wajah manis berubah menakutkan, tak ada kata yang keluar dari bibirku dan bibirnya. Bibir itu mengatup tanpa komando. Kebahagiaan berubah menjadi kesedihan, kebersamaan berubah menjadi perpisahan. Meski raga bersatu tapi jiwa terpisah.

Sering aku bertanya dalam hati, kenapa ini bisa terjadi????
Tapi sayang, tak ada jawaban !
Pertanyaan hanya tinggal tanya. Aku hanya manusia biasa, aku tetaplah insan lemah yang tak punya daya. Aku tidak bisa mengelak dari bencana itu.

Walau tak sanggup tak sanggup aku harus tetap menjalankannya. Namun, sungguh sejujurnya aku tak mengharapkan kejadian ini. Aku pikir semuanya akan baik-baik saja.

Sudahlah ...
Apa dayaku ,,,
Harapan aku selama ini tak kunjung ku dapatkan, ku tak temukan lagi ”senyuman dari Temanku”.

TEMAN
Aku bersembunyi ..
Bukan berarti aku menghindar
Aku tenggelam..
Bukan berarti aku menghilang
Tapi..
Semua itu aku lakukan
Demi kebaikan kita bersamanya
Tapi..
Kelak kau mengiginkanku
Aku akan selalu ada untukmu
karena..
Aku Bayangan yang selalu memperhatikanmu.

Minggu, 22 Januari 2012

sMiLe is ConTagious


 
I Smile When I'm Blogging - Kategori SEGGER wanita
Senyum adalah perbuatan baik yang paling mudah
dilakukan dan bisa dilakukan kapanpun, di mana pun, sedang apa pun.
Bahkan bisa dilakukan ketika nge-blog.

♥♥♥


 Smiling is contagious,
you catch it like the flu,
When someone smiled at
me today, I started smiling too.
I passed around the corner,
and someone saw my grin -
When he smiled I
realized, I'd passed it on to him.

I thought about that smile,
then I realized its worth,
A single smile, just like mine,
could travel round the earth.
So, if you feel a smile begin,
don't leave it undetected -
Let's start an epidemic quick
and get the world infected ! ! !





A SMILE costs nothing, but gives much.
It enriches those who
receive, without making poorer those who give.
It takes but a moment,
but the memory of it sometimes lasts forever.
None is so rich or
mighty that he can get along without it,
and none is so poor but that
he can be made rich by it.
A smile creates happiness in the home,
fosters good will in business,
and is the countersign of friendship.
It brings rest to the weary,
cheer to the discouraged,
sunshine to the sad,
and is nature's best antidote for trouble.
Yet it cannot be
bought, begged, borrowed, or stolen.
For it is something that is of no
value to anyone until it is given away.
Some people are too tired to give you a smile.
Give them one of yours,
as none needs a smile so much as
he who has no more to give."
 

 VERY INTERESTING NAME ON THIS VIRUS.


IT IS CALLED. . .


A SMILE
_ _
o o
-
\___/



OH! OH! TOO LATE!!
I SEE IT ON YOUR FACE ALREADY!


You've got the virus!!!!


 

Jumat, 06 Januari 2012

Museum Bala Putra Dewa Sum-Sel II


Rumah Limas
Rumah Adat Limas 
Prototipe Sum-Sel

Pagi itu itu, Kamis (05/01/12) lebih kurang pukul 08.30 wib, aku dan teman ku (sebut saja namanya “meri” *asli) naik bus, biasa bus perum-plaju.. kami berdua berhubung dekat rumah maka setiap kali kalau ada kesempatan pergi bersama. Tepat hari ini untuk kedua kalinya kelas lokal ku mengadakan study lapangan ke Museum Bala Putra Dewa hanya saja pada kunjungan yang pertama itu mata kuliah sosiologi, sedangkan pada kunjungan kali ini untuk mata kuliah Budaya Bahasa Sumsel (BBS), dengan dosen pembimbing Bapak Hasandri, dan pada kali ini terasa lebih ramai karena kelas ku –KPI bergabung dengan kelas BPI, Waaahhh... jadi terasa lebih seru.
Mahasisw KPI + BPI

Setelah sampai di museum seperti biasa kita harus menungu terlebih dahulu, dan sayangnya kedatangan kami kali ini bertepatan pada saat museum sedang direnovasi, Yahhh.. otomatis tidak semua hasil kebudayaan yang bisa kami lihat, 3 galeri dalam ruangan tidak dapat dilihat, hanya rumah Ulu dan rumah Limas yang dapat kami lihat,

Heemm kalau boleh dibandingkan, perjalanan ku dkk kali ini lebih banyak seru2anya saja, pada beberapa kesempatan teman-teman termasuk aku keseringan ambil foto hal ini dikarenakan juga tidak banyak penjelasan yang disampaikan lalu ada banyak waktu luang ketika Pak hasan mengambil waktu untuk semesteran dua-dua orang.


Pada kali ini penjelasan kebudayaan sumsel didapat ketika berada di rumah adat limas dengan memberikan penjelasan tentang rumah limas itu, seperti pagar terengalung (dari luar tidak bisa melihat yang di dalam akan tetapi sebaliknya), lawang Kipas (atap yang bisa dibuka dan ditutup), bengkilas (tingkatan-tingkatan), tekejeng (batas tingkatan), gerobok leket, strolok (tempat lampu air-lilin) dan sebagainya. 


Welcome to Museum Bala Putra Dewa


Museum Bala Putra Dewa Palembang I



CORAK RAGAM KEBUDAYAAN SUMATERA SELATAN

Pagi itu, minggu (26/12/10) pukul 08.30 wib aku melangkahkan kaki pergi menuju kampus tercinta, IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Raden Fatah Palembang. Pesan singkat terus mendatangi handphoneku lantaran teman-teman sudah banyak yang berkumpul. Sesampai disana kami masih harus menunggu karena dua teman lagi masih belum datang. Setelah sekian lama menunggu, kami pun berangkat dengan menaiki kendaraan umum trayek km 5.
Kami berangkat ke Museum Bala Putra Dewa Palembang yang berkaitan dengan salah satu mata kuliah kami, sosiologi. Dalam sebutanku kami mengadakan study lapangan. Tepat pukul 09.00 wib kami sampai di museum, dalam perjalanan pun ada kejadian mengelikan dan setidaknya awal mencairkan suasana, tempat tujuan kami kelewatan padahal salah satu teman kami menyadari itu (si Heru). Alhasil mobil yang kami tumpangi putar arah. Di museum, kami tidak langsung masuk karena Dosen pembimbing, Ibu Nuraini dan beberapa teman yang pergi sendiri-sendiri belum datang (R.Elysa dan Ummy K). Akhirnya kami isi kekosongan itu dengan mengobrol, ambil foto (Kipti, Vitri, Hikmah, Meri, Detri, Siti A, termasuk saya) dan ada teman yang mengisi perutnya dengan jajanan syomai (habi2, si Imed, Iwan dst).
Sekitar pukul 10.00 wib kami memulai penjelajahan kami di dalam museum dengan didampingi seorang Bapak yang berkerja sebagai karyawan museum dan Ibu Nuraini sebagai pengawas kami. Awalnya kami dikenali dahulu tentang sejarah singkat berdirinya Museum Bala Putra Dewa, museum ini dibangun pada tahun 1977 dengan arsitektur tradisional Palembang dan diresmikan pada tanggal 5 Nopember 1984. Pada mulanya museum ini bernama museum Negeri Propinsi sumatera Selatan, selanjutnya berdasarkan SK. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 4 April 1990, Museum ini diberi nama Museum Negeri Propinsi Sumatera Selatan "Bala Putra Dewa" Nama Bala Putra Dewa itu sendiri berasal dari nama seorang raja Sriwijaya yang memerintah pada abad VIII-IX yang mencapai kerajaan maritime.
Setelah pengenalan museum, kami diajak keliling museum dengan memasuki berbagai ruang tempat berkumpulnya berbagai macam peninggalan dan miniatur benda bersejarah. Di Museum ini terdapat koleksi-koleksi yang menggambarkan corak ragam kebudayaan dan alam sumatera Selatan. koleksinya terdiri dari berbagai benda histografi, etnografi, felologi, arca, keramik, teknologi modern, seni rupa dan fauna serta geologi. Dari berbagai ruang yang kami masuki, ruang yang paling berkesan dimataku adalah ruang “Galeri Malaka” sesuai dengan namanya malaka tentu masih bersangkutan dengan negara tetanga kita yang kebanyakan orang sebut sebagai musuh bubuyutan karena banyak memakan korban TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dan meng-klaim kebudayaan Indonesia yakni Malaysia, menurutku semua itu tidak sepenuhnya kesalahan warga Malaysia. Setidaknya kita perlu mengoreksi pribadi Indonesia itu sendiri ketika pengiriman TKI dan soal klaim-mengklaim ada kewajaran juga karena bukti diruang ini terdapat sejarah hubungan negara Indonesia dengan Malaysia khususnya pada zaman kerajaan dahulu, sehingga ada saja beberapa kebudayaan kita yang berkembang di Malaysia sampai saat ini sehingga menimbulkan salah pengertian dari warganya sendiri. Agar tidak kehilangan momen, kami sempat-sempatkan untuk mengambil gambar peningalan benda-benda bersejarah itu.
Setelah puas dengan pengenalan peningalan bersejarah diberbagai ruang tersebut, kami diajak ke sebuah tempat yang paling aku tunggu-tunggu yakni ke Rumah tradisional masyarakat Palembang disebut dengan ’Rumah Limas’. Rumah Limas merupakan prototipe rumah tradisional Palembang. Selain ditandai dengan atapnya yang berbentuk limas, rumah tradisional ini memiliki lantai bertingkat tingkat yang disebut Bengkilas dan hanya dipergunakan untuk kepentingan keluarga seperti hajatan. Para tamu biasanya diterima diteras atau lantai kedua. Rumah limas asli luasnya mencapai 400 sampai 1000 m3 atau lebih, yang didirikan diatas tiang-tiang dari kayu unglen atau ulin yang kuat. Setiap rumah terutama dinding dan pintu diberi ukiran. Kamar-kamar tidur terletak di sisi kiri dan kanan berhubungan dengan dinding luar, sedangkan bagian belakang rumah berfungsi sebagai dapur. Rumah limas Palembang merupakan rumah panggung yang bagian kolongnya merupakan ruang positif untuk kegiatan sehari-hari, seperti acara menumbuk padi. Ketinggian lantai panggung dapat mencapai ukuran 3 meter.
Selain terdapat rumah limas, tidak jauh dari rumah limas terdapat pula rumah Ulu asli, kami pun menyempatkan untuk melihat dari sisi dalamnya karena uniknya rumah ini berlantai bambu yang tersusun jarang. Tiang-tiangnya pun tidak tertanam ke tanah. Untuk memasukinya kami sangat berhati-hati takut lantainya jebol karena rumah ini sudah berusia ratusan tahun. Alhasil ketakutan kami pun sirna setelah memasuki rumah ini karena rumah ini terlihat masih lumayan kuat.
Perjalanan kami mengelilingi Museum Bala Putra Dewa pun selesai, Ibu Nuraini membimbing kami melanjutkan acara dengan diskusi. Kebudayaan masa lalu benar-benar harus kita hargai karena tanpa adanya kebudayaan dari peninggalan terdahulu, maka tidak akan mungkin kita dapat menemui berbagai macam peralatan modern pada masa sekarang karena berkat kebudayaan terdahululah, itu menjadi inspirasi awal kita dalam membangun negeri ini. Setelah acara diskusi selesai Ibu Nuraini segera meninggalkan kami. (sepertinya terburu2, *ngak sempet foto deh)
Lalu dengan perasaan lega kami meninggalkan Museum Bala Putra Dewa, ada beberapa teman yang masih ingin pergi jalan lagi kepasar, ada yang entah mau kemana, sedangkan aku dan beberapa temanku memilih langsung pulang kerumah saja. Tatapi rasanya masih ada yang kurang pada kunjunganku ke museum itu, ternyata kami lupa menanyakan nama Bapak yang mendampingi kami di museum tadi. Rasa penyesalan pun hinggap di hatiku, terima kasih Bapak X telah mendampingi kami dalam memberikan informasi dan mengenalkan berbagai hal di Museum Bala Putra Dewa.
*semoga perjalananku bermanfaat ^_~,