Rabu, 19 Oktober 2011

Mau Benasib Seperti Lalat


Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah di depan sebuah rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah. Kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat. “Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar,” katanya.
Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikantangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.


Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak- balik, demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan. Esok paginya, nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai.

Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan semut merah berjalan beriring an keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.

Dalam perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua, “Ada apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?”
“Oh .., itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu. Namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita.”
Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi, “Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras?
Kenapa tidak berhasil?”

Masih sambil berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab, “Lalat itu adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang sama.” Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya, namun kali ini dengan mimik dan nada lebih serius, “Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama tapi mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini.”

“Para Pemenang TIDAK Melakukan hal-hal yang Berbeda, Mereka Hanya Melakukannya dengan cara yang BERBEDA.”

Minggu, 16 Oktober 2011

Photgraphi itu Asik II




Nah setelah mengetahui dasar photographi pada posting sebelumnya, sekarang kita bicara seni photgraphi.
Dan tentunya ketika anda-anda semua sekarang berbicara tentang seni maka kaitannya pasti adalah keindahan, karena seni adalah keindahan dan seni itu indah.  Sedangkan saat anda memasuki dunia photographi dibenak anda akan terbayang bagaimana membuat hasil foto yang bagus bukan yang buruk. 


Disini seni fotographi beragam dan aneka macam, seperti yang saya ketahui dan pernah saya lakukan misalnya:

  1. foto panning  artinya membuat  foto bergerak cepat tampak bergerak dengan latar belakang seperti garis-garis kabur sedangkan objeknya jelas.
  2. foto zooming artinya membuat foto focus satu orang sedangkan disekelilingnya tampak seperti lingkaran yang kabur
  3. foto siluet artinya tehnik pencahayaan untuk menunjukan latar belakang tanpa menghilangkan objek dengan tidak menunjukan detilnya.
  4. framing artinya pembingkaian objek untuk memberi kesan mendalam/dimensi objek foto
  5. esai foto (biar foto yang bicara) merangkai foto menjadi cerita yang bertema.

Nah sampai disini dulu, penjelasannya mungkin masih banyak istilah dan seni foto yang lain yang belum saya ketahui untuk itu kita saling berbagi dan memberi. Disini kita sama-sama belajar. Siapa yang lebih dulu bisa dan mengetahui dia yang wajib untuk memberi pencerahan ilmunya kepada yang lain yang belum tahu.  

Nah berikut istilah penting yang perlu kalian ketahui dalam fotoghraphi

APS : Advanced Photo System
DIL : Drop in Loading
CID : Cartridge Identification number
FID : Film strip Identification number
USC : Uniform Sigma Crystal/kristal sigma seragam
Kristal sigma : Butir-butir perak halida
AFS : Auto Focus Silent Wave Motor
AFD : Auto Focus Distance Information
DIR : Development Inhibitor Releaser
SPD : Silicon Photo Diode
LCD : Liquid Crystal Display
LED : Light Emitting Diode, lampu
ISO/ASA : Derajat sensitivitas film
ISO : International Standart Organization
ASA : American Standart Association
DIN : Deutsche Industry Norm
NiMH : Nikel Metal Hydride
NiCd : Nikel Cadmium
DRAM : Data Random Acces Memory
RISC : Reduce Intruction Set Computer
CCD : Charge Couple Device (pada kamera digital)
CPL : Circular Polarizing
USM : Ultrasonic motor
ESP : Elektro-Selective Pattern (Sistem pengkuran cahaya otomatik, di saat kondisi kesenjangan kecerahannya sangat besar
SLR : single Lens Reflek, kamera lensa tunggal yang menggunakan cermin dan prisma
TLR : Twin lens Refleks, kamera yang menggunakan dua lensa , satu untuk melihat, lainnya untuk meneruskan cahaya ke film
Lens Mount : Dudukan lensa
MF : Manual Fokus
AF : Auto Fokus
Fps : Frame per second:, satuan kecepatan pengambilan gambar dalam gambar perdetik
DOF : Depth of Field;ruang tajam, merupakan jarak, dimana gambar masih terlihat tajam/focus, beragntung pada: difragma, panjang lensa dan jarak objek
GN : Guide number; kekuatan cahaya blitz merupakan perkalian antara jarak (dalam meter atau feet) dan diafragma
AR Range : Tingkat terang cahaya dimana system aotufocus masih dapat bekerja, dalam satuan EV
EV : Exposure Value; kekuatan cahaya. Sample, EV=0 kekuatan cahaya pada difragma f/1,0 kecepatan 1 detik
Exposure mode : Modus pencahayaan, pada umumnya ada 4 tipe: manual, Aperture priority, Shutter priority dan Programed (auto)
Aperture : Diafragma
Lens Hood : Tudung lensa
Aperture priority : Prioritas pengaturan pada diafragma, kecepatan rana otomatis
Shutter : Rana
Shutter Priority : Prioritas pengaturan pada kecepatan rana, diafragma otomatis
Exposure compensation : Kompensasi pencahayaan, membuat alternatif pencahayaan dari normal menjadi lebih atau kurang
Flash Exposure Compensation : Kompensasi pencahayaan blitzt
Metering: Pola pengaturan cahaya, biasanya terbagi dalam 3 kategori, centerweighted, evaluative/matrix, dan spot
Center weighted Metering : Pengukuran pencahayaan pada 60% daerah tengah gambar
Evaluative/Matrix : Pengukuran pencahayaan berdasarkan segmen-segmen dan presentase tertentu
Spot : Pengukuran pencahayaan hanya pada titik tertentu
View finder : Jendela bidik
Built in Dioptri: Dilengkapi dengan pengatur dioptri (lensa+ atau bagi mereka yang berkacamata)
Eye piece Blind : Tirai penutup jendela bidik
Interchangeable Focusing Screen : Fasilitas untuk dapat mengganti focusing screen
Focusing screen : Layar focus
Bracheting : Pengambilan gambar yang sama menggunakan pengukuran pencahayaan yang berbeda
Flash Sync : Sinkron kilat, kecepatan maksimum agar body dan flash masih bekerja harmonis
TTL: Through The Lens, Sistem pengukuran pencahayaan melalui lensa
Remote Flash : Melepaskan lampu kilat dari badan kameranya dan meletakkannya si duatu tempat untuk mendapatkan efek foto yang diinginkan
Bounce : Cahaya lampu kilat yang di pantulkan ke langit-langit atau bidang lain sehingga cahaya menerangi objek secara merata
Slave unit : (Lampu kilat + mata listrik/elctric eye); adalah alat abntu yang sanggup menyalakan lampu kilat bila mata itu menerima sinar dari lampu kilat lain
Wireless TTL : Sistem pengukuran TTL tanpa melalui kabel
Multiple exposure : Fasilitas pemotretan berulang pada fram eyang sama
Pupup Flash : Blitz kecil, terbuat menyatu dengan body
Stop : Satuan pencahayaan, 1 stop sama dengan 1 EV
Red Eye Reduction : fasilitas untuk mengurangi efek mata merah yang biasa terjadi pada pemotretan menggunakan blitz pada malam hari
PC terminal : Terminal untuk blitz di luar hot shoe
Hot shoe : Kaki blitz
Mirror Lock up : Pengunci cermin, agar getaran dapat dikurangi pada saat rana bergerak
Shiftable program : Pada mode program, exposure setting dapat diubah secara otomatis dalam EV yang sama, misalnya dari 1/125 menjadi 1/250 detik, f 5.6 dmenjadi f 11
Second Curtain Sync : Fasilitas untuk menyalakan blitz sesaat sebelum rana menutup
Shutter release : Pelepas rana
Self Timer : Alat penangguh waktu pada kamera
Vertical Grip : Alat pelepas rana utnuk pengambilan secra vertical tanpa harus memutar tangan
Data Imprint : Fasilitas pencetakan data tanggal pada film
Reloadable to last frame: fasilitas untuk mengembalikan film yang telah digulung di tengah ke posisi terakhir yang terpakai
Fill In flash : Blitz pengisi, dalam kondisi tidak memerlukan blitz, blitz tetap dinyalakan untuk menerangi bagian-bagian yang gelap seperti bayangan
Intervalometer : Fasilitas pemotretan otomatis dalam jarak waktu yang tertentu
Multispot : Pengukuran pencahayaan dari beberapa titik
Back : Sisi belakang kamera, berfungis pula sebagai penutup film
Bayonet : Sistem dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90 derajat untuk pergantian lensa
Bulk film : Film kapasitas 250 exposure
Wide lens : lensa lebar, mempunya jarak titik bakar yang pendek, lebih pendek dari 50,,, biasanya:
- 16-22mm (lensa lebar super)
- 24-35mm (lensa lebar medium
- 6-15mm (lensa mata ikan)
Push : Meningkatkan kepekaan film dalam pemotretan, missal dari ISO 100-200/lebih
Pull : kebalikan dari Push
Main light : Cahaya pengisi/tambahan
Foto wedding : Potraiture berpasangan (menciptakan rekaman gambar yang romantisme, baik dari posenya maupun dari suasananya

Foto wedding terbagi 2 yaitu:
- Neo Classic Potraiture, ialah bentuk visual foto berpasangan yang beraura romantis
- Classic wedding, ialah bentuk foto berpasangan yang harus menjadi kenangan

Blower : Kipas angin yang digunakan pada pemotretan model untuk menghasilkan efek angin
Reverse ring : digunakan untuk memasang lensa yang di balik, untuk membuat lensa makro alternatif agar cahaya yang masuk tidak bocor
Golden section : Potongan kencana; Hukum komposisi yang mengatakan bahwa keselarasan akan tercapai kalau suatu bidang adalah kesatuan dari 2 bidang yang saling berhubungan
Komposisi : susunan garis, bidang, nada, kontras dan tekstur dalam suatu format tertentu
Sandwich : Teknik menggabungkan foto
Cross process : Proses silang, biasanya di lakukan pada film positiv (E6) ke film negatif (C 41), sehingga menimbulkan warna- warna baru pada foto

                                                                                     *sMiLe ^_~

Sepenggal Kisah; Ustad*


Suatu sore, ditahun 1525. Penjara tempat tahanan orang-orang di situ terasa hening mencengkram. Jendral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.

Setiap sipir penjara membungkukkan badannya rendah-rendah ketika ‘algojo penjara’ itu berlalu di hadapan mereka. Karena kalau tidak, sepatu ‘jenggel’ milik tuan Roberto yang fanatik Kristen itu akan mendarat di wajah mereka. Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseorang mengumandangkan suara-suara yang amat ia benci. “Hai…hentikan suara jelekmu! Hentikan…!” Teriak Roberto sekeras-kerannya sembari membelalakan mata. Namun apa yang terjadi? Laki-laki di kamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu’nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang. Dengan congkak ia menyemburkan ludahnya ke wajah renta sang tahanan yang keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala.

Sungguh ajaib… Tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. Bibir yang pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata Rabbi, wa ana ‘abduka… Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, “Bersabarlah wahai ustadz…Insya Allah tempatmu di Syurga.” Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan, ‘algojo penjara’ itu bertambah memuncak amarahnya. Ia diperintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai. “Hai orang tua busuk! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubungan dengan agamamu!

Ketahuilah orang tua dungu, bumi Spanyol ini kini telah berada dalam kekuasaan bapak kami, Tuhan Yesus. Anda telah membuat aku benci dan geram dengan ‘suara-suara’ yang seharusnya tak pernah terdengar lagi di sini. Sebagai balasannya engkau akan kubunuh. Kecuali, kalau engkau mau minta maaf dan masuk agama kami.” Mendengar “khutbah” itu orang tua itu mendongakkan kepala, menatap Roberto dengan tatapan tajam dan dingin. Ia lalu berucap, “Sungguh…aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah. Bila kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya, patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh.”

Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu lars Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah. Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah ‘buku kecil’. Adolf Roberto bermaksud memungutnya. Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.

“Berikan buku itu, hai laki-laki dungu!” bentak Roberto. “Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini!” ucap sang ustadz dengan tatapan menghina pada Roberto. Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. Sepatu lars berbobot dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah.

Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Namun tidak demikian bagi Roberto. Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. Bahkan ‘algojo penjara’ itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur.

Setelah tangan renta itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung. “Ah…sepertinya aku pernah mengenal buku ini. Tapi kapan? Ya, aku pernah mengenal buku ini.” suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu.

Pemuda berumur tiga puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan “aneh” dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Spanyol.

Akhirnya Roberto duduk disamping sang ustadz yang telah melepas nafas-nafas terakhirnya. Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam. Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang dialaminya sewaktu masih kanak-kanak. Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto. Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar di negeri tempat kelahirannya ini. Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia). Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia. Di hujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara. Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mau memasuki agama yang dibawa oleh para rahib.

Seorang bocah laki-laki mungil tampan, berumur tujuh tahunan, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua. Bocah mungil itu mencucurkan air matanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan. Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang ummi yang tak sudah bernyawa, sembari menggayuti abuyanya.

Sang bocah berkata dengan suara parau, “Ummi, ummi, mari kita pulang. Hari telah malam. Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa….? Ummi, cepat pulang ke rumah ummi…”

Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa. Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah. Akhirnya bocah itu berteriak memanggil bapaknya, “Abi…Abi…Abi…” Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika teringat kemarin sore bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.

“Hai…siapa kamu?!” teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah. “Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi…” jawab sang bocah memohon belas kasih. “Hah…siapa namamu bocah, coba ulangi!” bentak salah seorang dari mereka.

“Saya Ahmad Izzah…” sang bocah kembali menjawab dengan agak grogi. Tiba-tiba “plak! sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah. “Hai bocah…! Wajahmu bagus tapi namamu jelek. Aku benci namamu.

Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus. Namamu sekarang ‘Adolf Roberto’…Awas! Jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!” ancam laki-laki itu.

Sang bocah meringis ketakutan, sembari tetap meneteskan air mata. Anak laki-laki mungil itu hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan Inkuisisi. Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka.

Roberto sadar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustadz. Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah ‘tanda hitam’ ia berteriak histeris, “Abi…Abi…Abi…”

Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu. Fikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapanya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. Ia juga ingat betul ayahnya mempunyai ‘tanda hitam’ pada bagian pusar.

Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh renta nan lemah. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini. Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut, “Abi… aku masih ingat alif, ba, ta, tha…” Hanya sebatas kata itu yang masih terakam dalam benaknya.

Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat seseorang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya. “Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuhi Abi, tunjukkan aku pada jalan itu…” Terdengar suara Roberto memelas.

Sang ustadz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya. Air matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah.

Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap. “Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu,”

Setelah selesai berpesan sang ustadz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah “Asyahadu anla Illaaha ilALlah, wa asyahadu anna Muhammad Rasullullah…’. Beliau pergi dengan menemui Rabbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang dibumi yang fana ini.

Kini Ahmad Izzah telah menjadi seorang alim di Mesir. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agamanya, ‘Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya. Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru berguru dengannya…” Al-Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy.

Benarlah firman ALlah…

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama ALlah, tetaplah atas fitrah ALlah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah ALlah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS>30:30)

Photografi itu Asik I


Adalah suatu seni alat perekam suatu objek tertentu baik itu benda mati atau hidup/bergerak tampak seperti aslinya.   Dengan photographi orang bisa membuat arsip dan mendokumentasikan suatu benda atau pemandangan alam atau kejadian yang bermanfaat untuk suatu saat nanti.

Cisss
1. ALAT  PHOTOGRAPHI

Dan tentunya alat untuk mewujudkan itu semua adalah KAMERA.
Kamera ada dua jenis :
  1. Kamera Manual/konvensional
  2. Kamera Digital




Kamera Manual adalah suatu alat perekam dengan menggunakan FILM dan pengaturannya secara manual si pemakai.untuk melihat hasilnya FILM harus dicuci cetak terlbih dahulu  Sedangkan Kamera Digital kebalikannya lebih kepada automatic dan hasilnya bisa langsung dilihat saat itu juga bila tidak bagus bisa dihapus dan diulang lagi.
Kedua jenis kamera tersebut merupakan jenis SLR atau Single Lens Reflek, kamera lensa tunggal yang menggunakan cermin dan prisma

2. DASAR-DASAR PHOTOGRAPHI
Pada dasarnya untuk mengerti photographi harus mengerti Kameranya terlebi dahulu, pada dasarnya baik itu kamera manual ataupun digital untuk pemula cukup kita mengerti
  1. apa itu Diaframa atau buakaan rana
  2. apa itu speed atau kecepatan
  3. ISO atau ASA

Kalau ketiga bagian itu sudah kita ketahui secara sempurna baru kita mengerti tentang fotographi simple bukan.
Nah sekarang  mari kita pelajari pengertian ketiga hal tersebut. :

1.      Diaframa atau Bukaan Rana
Adalah jendela ruang dalam kamera untuk menyerap sinar/cahaya yang masuk, bisa dibuka besar atau bisa dibuka kecil, tergantung kondisi yang kita potret apakah minim cahaya atau kuat cahaya.
Apabila dalam keadaan minim cahaya kita akan membuka ruang jendela atau bukaaan rana secara besar sedangkan apabila suatu objek dalam keadaan kuat cahaya kita perlu membuka rana secara sempit atau kecil.
Nah pada Kamera keterangannya berbanding terbalik , kalau bukan besar angkanya kecil kalau bukaan kecil angkanya besar.

Contoh Diaframa 3,5 artinya bukaan besar, Diaframa 11 artinya bukaan kecil
Semakin kecil bukaan diaframa semakin sedikit ruang atau cahaya yang masuk.  Dan sebaliknya.

2.      Speed atau kecepatan
Adalah seberapa cepat atau seberapa lambat bukaan rana yang kita inginkan. Untuk menjadikan objek menjadi beku/diam  atau menjadi bergerak sesuai adanya Artinya semakin cepat bukaan rana atau speed semakin beku objek yang kita potret.  Dan semakin lambat bukaan rana atau speed maka akan menjadikan objek yang bergerak semakin bergerak atau objek yang diam dengan cahaya yang banyak akan semakin terekam cahaya yang masuk.
Contoh
Untuk memotret  seorang peloncat indah kita perlu kecepatan tinggi agar bisa membuatnya beku atau diam saat lagi melompat.
Dan sebaliknya untuk memotret balap motor biar kelihatan bergerak kita harus memakai speed atau kecepatan lambat.

3.      ISO atau ASA
ISO (Internasional Standart Organization)  atau ASA  (American Standart Assosiation) adalah derajat sensitifitas film atau rana. Artinya semakin tinggi ISO semakin tinggi tingkat sensitifnya akan banyak noise atau butiran-butiran halus begitu sebaliknya. ISO tinggi bisa digunakan dicahaya minm seperti malam hari sedangkan ISO rendah untuk cahaya kuat seperti siang hari.

Arsitek-arsitek Mungil di Alam


Karya Arsitek
Binatang-binatang di alam sungguh menarik perhatian kita, terutama struktur tubuh mereka. Dan contoh paling menakjubkan dari ketrampilan mengagumkan yang dimiliki binatang adalah rumah yang mereka bangun sendiri dengan sangat ahli. Ketika kita memperhatikan arsitek-arsitek lain di alam, kita dapat dengan jelas melihat bahwa tiap-tiap mereka adalah keajaiban penciptaan. Marilah kita pelajari sebagian kecil saja dari ribuan contoh yang ada.


Si Buta Pembuat 'Gedung Pencakar Langit'
Rayap adalah serangga kecil yang menye-rupai semut. Mereka hidup berkoloni dan membangun sarang raksasa untuk diri mereka sendiri. Satuan terkecil pembangun sarang tersebut adalah bata-bata mungil yang terbuat dari tanah, yang dibuat rayap-rayap pekerja dengan mencampurkan air liur mereka sebagai bahan perekat. Ukuran sarang rayap kadang dapat mencapai tiga sampai empat meter. Arsitektur sarang yang menyerupai bangunan pencakar langit raksasa bila dibandingkan dengan ukuran tubuh rayap itu sendiri, sungguh sangat menakjubkan.

Bagian dalam sarang rayap dipenuhi dengan lorong-lorong sempit. Di bagian dalam lorong-lorong tersebut, terdapat sekitar satu setengah juta rayap yang bekerja bersama dengan keharmonisan yang luar biasa.

Ketika kita mengamati penampang melintang sebuah sarang rayap, kita akan menemukan sebuah bilik khusus untuk ratu, sejumlah areal pertanian, gudang-gudang penyimpan dan lorong-lorong pengatur kondisi udara. Rayap melakukan pekerjaan pembangunan dan perbaikan sarang. Selain itu, mereka juga senantiasa siap menghadapi musuh yang mungkin datang, serta bercocok tanam dalam sarang mereka dengan menanam jamur.

Kelangsungan hidup populasi besar seperti ini tergantung pada kondisi terpenting, yaitu kestabilan suhu dalam sarang dan keseim-bangan kadar air. Pemecahan masalah ini benar-benar sempurna. Papan-papan paralel dibuat di areal atap sarang rayap ini. Papan-papan yang terbuat dari lumpur tersebut mampu menyerap kandungan air yang dikeluarkan oleh tubuh rayap. Air ini menguap akibat panas di bagian dalam dan keluar menuju bagian atas melalui celah-celah pengatur kondisi udara pada sarang tersebut. Penguapan ini menurun-kan suhu dalam sarang dan juga menjamin kesinambungan sirkulasi udara. Panel-panel dalam sarang rayap melakukan fungsinya sebagai pengatur kondisi udara secara sempurna tanpa cacat.

Terdapat contoh memukau lainnya tentang pengetahuan konstruksi rayap. Spesies rayap lain, yang hidup di dataran Australia Utara, membuat sarang dengan bentuk menyerupai pisau belati, yakni sangat lebar dengan bagian tepi yang sangat tipis. Rahasia sarang ini terletak pada posisi sudutnya terhadap matahari. Rayap membangun sarangnya dengan sudut tertentu sehingga pada siang hari, ketika matahari berada di puncak ketinggi-an, sangat sedikit permukaan sarang yang terkena sinar matahari. Dengan demikian, panas yang diterima menjadi minimum. Sudut yang sama dipakai pada setiap sarang rayap jenis ini tanpa kesalahan.

Tapi, yang sesungguhnya paling menakjubkan adalah rayap yang mengerjakan semua bangunan megah ini ternyata buta. Jadi, bagaimana makhluk teramat kecil yang tak mampu melihat barang sesentimeter pun di depannya, mampu membangun menara raksasa berdasarkan perhitungan teknik yang rumit? Bagaimana satu setengah juta rayap dalam satu sarang mampu melakukan kerjasama sempurna seperti ini?

Ahli biologi David Attenborough, seorang naturalis terkenal berkebangsaan Inggris, berkomentar tentang pertanyaan ini pada salah satu dokumentasinya: masing-masing (rayap) pekerja meletakkan adonan lumpur pada suatu tempat tertentu sebagaimana diinginkan oleh sebuah Rancangan Induk. Bagaimana mereka mampu mengerjakan hal tersebut, kita masih belum mengetahuinya.

Rancangan luar biasa yang tidak dapat dimengerti manusia, namun dipatuhi rayap tanpa sanggahan tersebut, adalah ilham yang diberikan Allah kepada makhluk ini.

Apartemen Bertingkat dari Kertas
Makhluk hidup lain yang mengingatkan kita pada lebah madu dengan kemampuan arsitektu-ralnya adalah lebah liar pembuat kertas. Spesies lebah ini mengunyah kayu dan menggu-nakannya untuk membuat selulosa, yakni kertas, di dalam mulutnya. Lalu ia menggunakan kertas ini untuk membangun sendiri sarangnya yang melingkar.

Ia membuat kantung-kantung heksagonal-persis seperti pada lebah madu-dari kertas yang ia rekatkan pada bagian dalam atap rumah. Ia menempatkan satu telur pada masing-masing heksagon pada atap rumah. Sekitar tiga minggu kemudian, larva menetas dari telur-telur tersebut. Larva ini menunjukkan kecerdasan yang mengejutkan dengan menutup lubang kantung yang sengaja dibiarkan terbuka oleh induknya. Dengan cara demikian, mereka menghindarkan diri jatuh ke lantai karena beban tubuh mereka. Setelah tumbuh beberapa minggu, mereka muncul dari dalam kantung sebagai lebah liar dewasa.

Lebah liar muda ini tidak menyia-nyiakan waktu dalam menjalani kehidupan. Setiap kewajiban yang harus mereka kerjakan telah diilhamkan dalam diri mereka oleh Pencipta mereka, yakni Allah. Lebah muda tersebut memperbesar bangunan yang telah dimulai oleh induk-nya. Pada akhirnya, koloni yang lebih besar muncul. Sarang lebah tersebut kini telah menjadi sebuah blok apartemen bertingkat. Setiap lebah liar yang lahir di sini akan patuh secara penuh pada ilham yang diberikan kepadanya.

Rumah dari Lumpur
Pot kecil, yang mungkin pernah Anda jumpai dalam hidup anda, telah dibuat oleh spesies lebah liar lainnya. Lebah liar ini membuat lumpur lengket dengan mencam-purkan air liurnya dengan tanah lembab. Ia membuat pot-pot yang sangat seragam dengan menggunakan lumpur yang dibuatnya. Ia membuat bentuk pada lumpur tersebut dengan memutarnya secara terus-menerus. Ini adalah teknik yang sama sebagaimana yang digunakan manusia dalam pembuatan pot. Ketika pot selesai dibuat, ia tidak lupa untuk memberi leher dan lubang potnya. Ketika segala sesuatunya telah selesai, lebah tersebut memutar pantatnya ke arah mulut pot dan meletakkan telur di dalamnya. Setelah menambahkan sejumlah bahan makanan ke dalam pot, ia menutup rapat lubang mulut pada pot dan terbang pergi. Larva-larva yang menetas dari telur tersebut akhirnya akan memecah pot dan keluar untuk memulai hidup mereka secara mandiri.

Lebah-lebah muda yang lahir, mulai memba-ngun pot-pot sempurna, persis seperti yang dilakukan oleh induknya, tanpa menjalani pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu. Ketrampilan sempurna yang mereka miliki diilhamkan dalam diri mereka oleh Allah, yang telah menciptakan mereka.

Oleh karena itu, yang seharusnya kita takjubi dan puji ketika menyaksikan segala bentuk keindahan, estetika dan kemegahan adalah kebesaran Allah, yang menciptakan dan mengilhami semua konsep ini sebagaimana yang Dia kehendaki pada diri makhluk hidup ciptaan-Nya.?

Selasa, 11 Oktober 2011


JENUH.....

ya.. mungkin itu yang kurasakan karang.... makalah, diskusi, keluar duit, datang-pulang, n sedikit aktif di organisasi LPM, KAMMI, n' IRMA.... duuuuuhhh bener-benar rutinitas yang itu-itu saja, pegen refresing ngak ada rencana yang matang... di rumah sibuk minta ampuuuunn!!
benar-benar capek, pegel, Jenuuuuuhhhh.... Ya Allah syapa sih aku ini, aku belum jadi apa-apa juga udah ngeluh, Ya Allah beri aku semangat, beri aku kekuatan, beri aku rezeki, beri aku keimanan... karena aku belum melihat Bunda ku (orang tua satu-satu ku) naik haji, ya Allah jadikan aku apa yang di cita-citakan Bunda ku,(*Bunda Erni).



Kelelawar di Hatiku

Seekor kelelawar hidup dikelamnya bulan
Terbang dengan mata tajamnya
Dia tak mau mengajakku ke matahari
Tapi karnanya aku terlena juga
Di nikmatnya keindahan bulan

Seekor kelelawar hitam
Mengelantung dalam lubuk hatiku
Bertahun-tahun, mengerogoti
Bulan kesayangn badan

Aku begitu takut
Kelelawar itu akan
Menghabiskan bulan
Sebelum aku mengenal
Setitik cahaya
Sang surya....

*Sebelum sujudku
Sampai pada-Mu


*HEni’s sMiLe